Duduk santai dan ikuti aturan main: Mengenal model pembelajaran talking stick dalam pembelajaran

Posted on

Model pembelajaran talking stick sedang menjadi sorotan di dunia pendidikan. Konsep yang terinspirasi oleh tradisi suku-suku asli Amerika ini menawarkan pendekatan berbeda dalam mengajar di dalam kelas. Mari kita duduk santai dan temukan apa yang membuat model pembelajaran ini begitu menarik.

Talking stick, atau tongkat berbicara, digunakan oleh suku-suku asli Amerika sebagai alat komunikasi di dalam rapat. Ketika tongkat berbicara dipegang oleh seseorang, hanya dialah yang berhak berbicara dan sisanya harus mendengarkan dengan penuh perhatian. Konsep ini diadopsi dalam model pembelajaran talking stick untuk membantu membangun keterampilan komunikasi dan pendengaran aktif pada siswa.

Pada awalnya, beberapa guru meragukan efektivitas model pembelajaran talking stick ini. Namun, setelah melihat hasilnya, mereka tak dapat menampik keajaiban yang terjadi di dalam kelas. Siswa yang tadinya acuh tak acuh dalam proses pembelajaran meningkatkan partisipasinya secara signifikan. Mereka tak hanya belajar untuk berbicara dengan penuh tanggung jawab, tetapi juga belajar untuk menjadi penjabar yang efektif.

Bagaimana model pembelajaran talking stick ini bekerja? Pertama, guru memilih salah satu siswa untuk memegang tongkat berbicara. Siswa yang memegang tongkat ini memiliki kesempatan untuk berbicara tentang topik yang sedang dipelajari. Sementara itu, siswa yang lain harus fokus mendengarkan tanpa interupsi. Setelah selesai berbicara, tongkat diserahkan kepada siswa berikutnya, dan proses ini diulang kembali.

Kelebihan dari model pembelajaran talking stick ini adalah meningkatkan rasa hormat dan kesetaraan di antara siswa. Dalam kelas yang menggunakan model ini, suara semua siswa didengar dan dipertimbangkan. Tidak ada lagi siswa yang merasa diabaikan atau diperlakukan tidak adil. Model pembelajaran ini juga membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan dan memfokuskan perhatian mereka.

Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis. Sebagai penjabar, siswa harus membahas topik yang sedang dipelajari dengan logika dan alasan yang kuat. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan argumentatif yang sangat berguna di dunia nyata.

Namun, seperti halnya metode pembelajaran lainnya, model pembelajaran talking stick juga memiliki beberapa tantangan. Misalnya, membutuhkan waktu yang lebih lama karena setiap siswa harus memegang tongkat dan berbicara satu per satu. Selain itu, guru harus memastikan bahwa semua siswa merasa nyaman dan aman ketika berbicara di depan kelas.

Secara keseluruhan, model pembelajaran talking stick adalah cara yang menarik dan efektif untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas. Dengan membantu siswa untuk berbicara dengan penuh tanggung jawab dan mendengarkan dengan penuh perhatian, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi semua orang. Jadi, duduk santai, ambil tongkat berbicara, dan mulailah menjelajahi potensi pembelajaran yang tak terbatas dengan model pembelajaran talking stick ini!

Apa Itu RPP Model Pembelajaran Talking Stick?

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan peran aktif siswa dalam proses belajar-mengajar. Model ini mengadopsi konsep “Talking Stick” dari tradisi suku-suku asli Amerika. Talking Stick merupakan sebuah tongkat yang digunakan oleh peserta diskusi untuk menunjukkan siapa yang memiliki wewenang berbicara. Dalam konteks pembelajaran, model Talking Stick digunakan untuk memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas.

Cara Mengimplementasikan RPP Model Pembelajaran Talking Stick

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti untuk mengimplementasikan RPP model pembelajaran Talking Stick:

  1. Persiapkan Talking Stick: Siapkan sebuah objek, misalnya tongkat kecil atau bahkan pensil, yang akan digunakan sebagai Talking Stick.
  2. Tentukan urutan pemilik Talking Stick: Tentukan secara bersama-sama di kelas urutan pemilik Talking Stick. Dalam setiap sesi diskusi, hanya siswa yang memegang Talking Stick yang boleh berbicara.
  3. Aturan berbicara: Tentukan juga aturan-aturan yang harus diikuti saat berbicara dengan Talking Stick. Misalnya, siswa harus mengangkat tangan untuk meminta Talking Stick dan harus mendengarkan dengan baik ketika orang lain berbicara.
  4. Fasilitasi diskusi: Guru bertugas sebagai fasilitator dalam model pembelajaran ini. Guru akan memastikan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berbicara dan akan memberikan panduan atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam diskusi.
  5. Evaluasi dan refleksi: Setelah sesi diskusi selesai, lakukan evaluasi dan refleksi bersama-sama dengan siswa. Diskusikan apa yang telah dipelajari, bagaimana proses diskusi berjalan, dan adakah hal-hal yang bisa ditingkatkan di sesi selanjutnya.

Tips dalam Menggunakan RPP Model Pembelajaran Talking Stick

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menggunakan RPP model pembelajaran Talking Stick:

  • Libatkan semua siswa: Pastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menggunakan Talking Stick dan berpartisipasi dalam diskusi. Jangan biarkan beberapa siswa mendominasi sementara siswa lainnya tidak terlibat.
  • Tingkatkan keterlibatan siswa: Dorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan mendorong pemikiran kritis. Berikan pujian dan penghargaan kepada siswa yang berani berbicara.
  • Buat suasana yang nyaman: Pastikan suasana kelas yang positif dan nyaman, sehingga siswa merasa aman untuk berbagi pendapat dan memberikan masukan. Jaga agar tidak ada intimidasi atau penghakiman antar siswa.
  • Variasi dalam pemilihan Talking Stick: Untuk memotivasi siswa, cobalah variasi dalam pemilihan Talking Stick. Misalnya, siswa bisa mendapatkan kesempatan menggunakan Talking Stick berdasarkan pencapaian akademik, tingkat partisipasi sebelumnya, atau dengan metode undian.
  • Manfaatkan teknologi: Gunakan teknologi seperti aplikasi atau platform diskusi online untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang mungkin lebih nyaman berpartisipasi melalui media digital.

Kelebihan Model Pembelajaran Talking Stick

RPP model pembelajaran Talking Stick memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

  • Memberikan kesempatan yang sama: Model Talking Stick memastikan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama dalam berpartisipasi dan berbicara di kelas. Hal ini membantu meningkatkan kepercayaan diri dan keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar.
  • Mendorong pemikiran kritis: Dalam model ini, siswa diajak untuk berpikir secara kritis dan menyampaikan pendapat atau argumen mereka dalam diskusi. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa.
  • Membangun keterampilan sosial: Model Talking Stick juga membantu siswa dalam membangun keterampilan sosial, seperti mendengarkan dengan baik, menghargai pendapat orang lain, dan berkomunikasi secara efektif.
  • Menghargai keberagaman pendapat: Dalam diskusi yang menggunakan model Talking Stick, siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain meskipun berbeda dengan pendapat mereka sendiri. Ini membantu membangun sikap toleransi dan menghargai keberagaman.

Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick

Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, RPP model pembelajaran Talking Stick juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:

  • Memerlukan waktu yang lebih lama: Proses diskusi dengan menggunakan model Talking Stick memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hal ini bisa menjadi kendala jika terdapat keterbatasan waktu dalam pembelajaran.
  • Menghadapi resistensi siswa: Beberapa siswa mungkin tidak terbiasa atau tidak nyaman dengan proses diskusi yang memerlukan mereka untuk berbicara di depan kelas. Resistensi siswa ini perlu diatasi dengan penuh kesabaran dan pemahaman.
  • Tidak semua topik cocok: Ada beberapa topik pembelajaran yang kurang cocok untuk menggunakan model Talking Stick, terutama topik yang membutuhkan pemahaman yang lebih dalam atau topik yang lebih cocok ditransfer melalui metode pembelajaran lain.

Pertanyaan Umum tentang RPP Model Pembelajaran Talking Stick

1. Apakah model pembelajaran Talking Stick hanya cocok untuk siswa yang ekstrover?

Model pembelajaran Talking Stick tidak hanya cocok untuk siswa yang ekstrover. Meskipun model ini dapat membantu meningkatkan partisipasi siswa yang biasanya pemalu, hal ini juga dapat membantu siswa ekstrover untuk belajar mendengarkan pendapat siswa lain, memberi kesempatan kepada siswa introver untuk berbicara, dan membangun kerjasama antar siswa.

2. Berapa lama waktu yang perlu dialokasikan untuk sesi diskusi dalam model Talking Stick?

Waktu yang perlu dialokasikan untuk sesi diskusi dalam model Talking Stick tergantung pada berbagai faktor, seperti kompleksitas topik, tingkat partisipasi siswa, dan target pencapaian pembelajaran. Namun, sebaiknya sesi diskusi tidak terlalu panjang agar tidak membuat siswa menjadi bosan atau kehilangan fokus. Sebagai panduan umum, sesi diskusi bisa berkisar antara 10-30 menit.

3. Apakah model Talking Stick dapat digunakan untuk semua mata pelajaran?

Model Talking Stick dapat digunakan untuk hampir semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran kritis, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPS. Namun, beberapa mata pelajaran seperti seni atau ilmu pengetahuan alam mungkin lebih cocok menggunakan metode pembelajaran lain yang lebih praktikal atau observasional.

4. Apa yang harus dilakukan jika ada siswa yang tidak ingin menggunakan Talking Stick?

Jika ada siswa yang tidak ingin menggunakan Talking Stick, jangan memaksanya. Alih-alih memaksakan, ajaklah siswa tersebut untuk berbicara di luar konteks diskusi kelas, misalnya melalui diskusi satu-satu dengan guru atau dengan kelompok kecil. Hal ini dapat membantu siswa merasa lebih nyaman untuk berbicara tanpa tekanan dari siswa lain.

5. Bagaimana cara mengatasi dominasi beberapa siswa dalam menggunakan Talking Stick?

Untuk mengatasi dominasi beberapa siswa dalam menggunakan Talking Stick, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah dengan memberikan batasan waktu setiap siswa dapat berbicara ketika memegang Talking Stick. Misalnya, siswa hanya boleh berbicara selama 1-2 menit ketika memegang Talking Stick untuk memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa lainnya.

Kesimpulan

Model pembelajaran Talking Stick merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar. Dalam model ini, siswa diberikan kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan pendapat siswa lain secara bergantian dengan menggunakan Talking Stick. Model ini memiliki kelebihan dalam memberikan kesempatan yang sama, mendorong pemikiran kritis, membangun keterampilan sosial, dan menghargai keberagaman pendapat. Namun, model ini juga memiliki kekurangan dalam membutuhkan waktu yang lebih lama, menghadapi resistensi siswa, dan keterbatasan penggunaan pada beberapa topik pembelajaran. Dengan mengimplementasikan RPP model pembelajaran Talking Stick dengan baik, diharapkan siswa dapat lebih aktif terlibat dalam proses belajar-mengajar dan meningkatkan pemikiran kritis serta keterampilan komunikasi mereka.

Jadi, mari mulai menerapkan model Talking Stick dalam proses pembelajaran kita dan berikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk berpartisipasi dan berkembang secara optimal. Ayo, kita ciptakan suasana kelas yang inklusif dan mendorong keaktifan siswa agar mereka menjadi pembelajar yang tangguh dan berpikiran terbuka!

Duhmuts
Salam belajar dan berbagi! Saya adalah guru yang suka menulis. Melalui tulisan-tulisan, kita menjelajahi ilmu dan membagikan inspirasi kepada sesama. 📚🖋️ #GuruBelajar #KataBerbagi #IlmuInspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *