Contents
Jakarta, 15 Agustus 2023 – Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi, banyak aspek budaya lokal yang semakin terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah bahasa Jawa, yang kian jarang didengar dan digunakan di kalangan masyarakat Jawa sendiri.
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan bahasa global seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin telah mendominasi dunia komunikasi. Fenomena ini menimbulkan tantangan bagi kelangsungan bahasa dan budaya lokal yang memiliki kekayaan luar biasa, seperti Bahasa Jawa.
Menyadari pentingnya menjaga keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia, berbagai upaya pun terus dilakukan. Salah satunya adalah gerakan untuk “keluar bahasa Jawa”, yaitu mengajak masyarakat Jawa untuk menggunakan bahasa ibu mereka dengan lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Gerakan ini berangkat dari kesadaran bahwa bahasa adalah cerminan dari identitas suatu kelompok maupun individu. Melalui penggunaan bahasa Jawa, seseorang dapat merasa terhubung dengan akar budaya mereka. Bahasa Jawa memiliki kekayaan kosakata dan ungkapan yang unik, sehingga setiap kata dan kalimatnya mencerminkan suatu kearifan lokal yang khas.
Namun, mengapa bahasa Jawa semakin terpinggirkan? Salah satu faktor utamanya adalah urbanisasi yang memicu pergeseran bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak generasi muda yang tumbuh di kota sering kali lebih terpapar dengan bahasa global dan bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memupuk semangat dan kecintaan terhadap bahasa Jawa. Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan bahasa Jawa melalui media yang disukai generasi muda, seperti musik, film, dan media sosial.
Melalui lagu-lagu berbahasa Jawa yang modern dan catchy, misalnya, generasi muda dapat terlibat dan tertarik untuk mempelajari bahasa ibu mereka. Begitu pula dengan film-film berbahasa Jawa yang mengangkat cerita-cerita inspiratif dan menghibur.
Media sosial juga dapat menjadi alat yang ampuh untuk mempopulerkan bahasa Jawa. Dengan menghadirkan konten-konten menarik dalam bahasa Jawa, seperti meme, kutipan bijak, atau video singkat, bahasa ini dapat dengan mudah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Tak hanya itu, peran keluarga dan sekolah juga sangat penting dalam melestarikan bahasa Jawa. Penerapan bahasa Jawa dalam keluarga dan lingkungan pendidikan akan memberikan dorongan positif kepada anak-anak untuk menggunakan bahasa tersebut dengan bangga dan percaya diri.
Dalam upaya melestarikan bahasa Jawa, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait juga sangat dibutuhkan. Dukungan dari pemerintah dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum yang memperhatikan pembelajaran bahasa dan budaya setempat.
Tak dapat dipungkiri, bahasa Jawa menjadi bagian penting dari identitas bangsa Indonesia. Bahasa ini adalah salah satu kekayaan budaya Nusantara yang harus dirawat dan dilestarikan. Dengan mengembalikan kejayaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, kita juga turut membuka mata dunia akan pesona kekayaan budaya Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, mari kita jaga dan kembangkan bahasa Jawa sebagai aset tak ternilai yang menjadi bagian dari jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Bersama-sama, kita bisa membuat bahasa Jawa kembali bercahaya dan menjadi ciri khas yang membanggakan.
##### Referensi:
Budiman, A. (2019, 10 April). Menyelamatkan Bahasa Jawa dari Bahasa Indonesia. Katadata.co.id. Diakses pada 15 Agustus 2023, dari https://katadata.co.id/aldisaufikar/berita/5ca9eb35cbeba/menyelamatkan-bahasa-jawa-dari-bahasa-indonesia
Apa Itu Keluar Bahasa Jawa?
Keluar bahasa Jawa atau yang juga dikenal dengan istilah “ngoko” adalah salah satu bentuk percakapan atau komunikasi dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk berbicara dengan orang-orang dari kalangan yang lebih muda atau sebaya, orang yang jauh lebih rendah dalam status sosial, atau saat berkomunikasi dengan orang yang dianggap akrab. Bentuk keluar bahasa Jawa memiliki perbedaan yang signifikan dengan bentuk formal bahasa Jawa (Krama) dalam hal penggunaan kata, tata bahasa, dan gaya bicara secara umum.
Dalam keluar bahasa Jawa, penggunaan kata dan tata bahasa cenderung lebih sederhana, bebas, dan informal. Penyederhanaan ini mencakup penggunaan kata-kata yang lebih pendek, penghilangan beberapa afiksasi, dan penggunaan frasa yang lebih singkat. Keluar bahasa Jawa juga sering mengikuti nada bicara sehari-hari yang lebih santai dan penuh kasualitas.
Secara umum, keluar bahasa Jawa banyak digunakan dalam situasi-situasi informal seperti obrolan sehari-hari dengan teman sebaya, keluarga, atau kenalan dekat. Penggunaan keluar bahasa Jawa menunjukkan kesopanan sosial dan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan rasa akrab dan kasual kepada lawan bicara.
Cara Keluar Bahasa Jawa
Menggunakan keluar bahasa Jawa membutuhkan pemahaman tentang tata bahasa dan aturan-aturan yang berlaku. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan keluar bahasa Jawa:
1. Pilihan Kata
Keluar bahasa Jawa menggunakan kata-kata yang sederhana dan lebih umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa kata dalam bahasa Jawa yang diubah atau disingkat ketika digunakan dalam bentuk keluar bahasa antara lain:
- Kanggo (untuk) menjadi ‘ko
- Ngoko (bentuk keluar bahasa) menjadi ‘ko atau ‘nek in kata-kata sehari-hari
- Iki (ini) menjadi ‘i
2. Penggunaan Kata Ganti Orang
Dalam keluar bahasa Jawa, kata ganti orang seperti “aku” (saya) atau “kowe” (engkau/kamu) digunakan untuk menggantikan kata ganti orang yang lebih formal seperti “kula” (saya) atau “sampeyan” (engkau/anda).
3. Penggunaan Kosa Kata
Dalam keluar bahasa Jawa, kosa kata lebih cenderung menggunakan kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan lebih sederhana daripada dalam bahasa Jawa formal. Beberapa contoh penggunaan kosa kata dalam keluar bahasa Jawa antara lain:
- Ora (tidak) digunakan sebagai pengganti kata “ora” dalam bahasa Jawa formal
- Cilik (kecil) digunakan sebagai pengganti kata “tengen” dalam bahasa Jawa formal
- Penting (penting) digunakan sebagai pengganti kata “mulya” dalam bahasa Jawa formal
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apakah keluar bahasa Jawa hanya digunakan oleh orang Jawa?
Tidak, keluar bahasa Jawa dapat digunakan oleh siapa pun yang memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang bahasa Jawa. Meskipun keluar bahasa Jawa lebih sering digunakan oleh orang-orang dari masyarakat Jawa, tidak ada batasan bagi siapa pun untuk menggunakan jenis bahasa ini.
2. Apakah keluar bahasa Jawa dianggap kurang sopan?
Keluar bahasa Jawa memiliki tingkat keformalan yang lebih rendah daripada bentuk formal bahasa Jawa. Meskipun demikian, penggunaan keluar bahasa Jawa tidak selalu dianggap tidak sopan. Di beberapa lingkungan, keluar bahasa Jawa justru menjadi cara yang lebih akrab dan nyaman untuk berkomunikasi.
3. Apakah ada perbedaan variasi keluar bahasa Jawa di setiap daerah di Jawa?
Ya, seperti halnya dalam bentuk bahasa lain, variasi keluar bahasa Jawa dapat berbeda-beda di setiap daerah di Jawa. Bahasa Jawa memiliki banyak dialek dan variasi, termasuk dalam bentuk keluar bahasanya. Misalnya, keluar bahasa Jawa yang digunakan di Jogja mungkin sedikit berbeda dari yang digunakan di Surabaya atau Semarang.
Kesimpulan
Keluar bahasa Jawa atau ngoko adalah bentuk percakapan informal dalam bahasa Jawa yang digunakan dalam situasi-situasi yang santai dan akrab. Penggunaan keluar bahasa Jawa membutuhkan pemahaman tentang aturan tata bahasa yang khas, seperti penggunaan kata, kata ganti orang, dan kosa kata yang lebih sederhana. Meskipun kurang formal, penggunaan keluar bahasa Jawa adalah cara yang efektif untuk mempererat hubungan sosial dan menunjukkan keakraban dengan lawan bicara.
Jadi, jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang bahasa Jawa atau ingin berkomunikasi dengan orang-orang dari latar belakang budaya Jawa, menguasai keluar bahasa Jawa dapat menjadi keterampilan yang berharga. Selamat belajar!